Selasa, 12 April 2011

Layang-layang

Seorang anak sembilan tahun
menatapi keelokan layang-
layang yang baru saja dibawa
sang ayah dari kota. Ukurannya
begitu besar, tidak seperti
layang-layang temannya. Ada
kunciran di sisi kanan dan kiri,
dan terdapat ekor yang begitu
panjang. Warna-warni kunciran
dan ekor layang-layang
mengundang keceriaan sang
anak.
Setibanya di tanah lapang, sang
anak mendampingi ayahnya
memainkan layang-layang yang
ukurannya lebih besar dari
tubuh sang anak. Tiupan angin
kencang menerbangkan layang-
layang elok ke angkasa.
Kunciran dan ekor terus
berurai-urai membentuk irama
gerak yang begitu indah.
Sesekali, sang anak mencoba
berganti posisi dengan sang
ayah untuk belajar
mengendalikan terbangnya
layang-layang. Ia pun berdecak
kagum. Matanya berbinar
menatapi keelokan layang-
layang yang sedang terbang
tinggi di angkasa.
“Ayah,” ucap sang anak tiba-
tiba. Sang ayah pun menoleh
ke arah buah hatinya. “Ayah,
andai aku bisa seperti layang-
layang. Bisa terbang dengan
begitu elok di angkasa sana,
sambil memperlihatkan
keindahan kepada orang-orang
di bawahnya, ” tambah sang
anak sambil terus menatapi
gerak-gerik layang-layang.
Mendengar ucapan itu, sang
ayah pun membelai rambut
pendek anaknya. “Sebaiknya
kamu tidak berandai untuk
menjadi layang-layang,
anakku !” ucap sang ayah.
“Kenapa, ayah? Kalau saja aku
bisa seperti layang-layang,
bukankah aku bisa menatap
seluruh keadaan di bawah sini,”
sergah sang anak penuh tanda
tanya.
“Anakku, jangan pernah
berandai menjadi layang-
layang. Perhatikanlah,
walaupun layang-layang berada
di tempat yang begitu tinggi,
tapi ia tetap di bawah kendali
oleh mereka yang di bawah, ”
jelas sang ayah begitu bijak.
**
Siapa pun kita, dalam
optimisme meraih posisi hidup
yang lebih baik, tentu ingin
selalu berada di tempat yang
tinggi. Ingin menjadi leader,
sang pemimpin yang disegani,
menjadi orang teratas di
organisasi, perusahaan, bahkan
mungkin negara. Sebuah cita-
cita hidup seperti yang
diajarkan Alquran, waj ’alna lil
muttaqina imama, jadikanlah
kami sebagai pemimpin orang-
orang yang bertakwa.
Namun, berhati-hatilah ketika
optimisme meraih posisi tinggi
itu tidak sejalan dengan
idealisme dan kemampuan diri
yang memadai. Karena kita bisa
seperti layang-layang. Berada di
posisi yang paling tinggi,
sementara sang pengendali ada
di bawah.
Ia berada di posisi tinggi karena
ada ‘tangan-tangan’ di bawah
yang membuatnya tinggi.
Keelokannya di ketinggian itu
hanya permainan sang ’tangan’
dan tiupan angin.

Tidak ada komentar: