Kamis, 28 Juli 2011

Rahasia Membangun Piramida Firaun

Sejak lama para ilmuwan
bingung bagaimana cara
sebuah piramida dibangun. Hal
ini karena teknologi
mengangkat batu-batu besar
yang bisa mencapai ribuan
kilogram ke puncak-puncak
bangunan belum ditemukan di
zamannya. Apa rahasia di balik
pembangunan piramida ini?
Dalam edisi tanggal 1 Desember
2006, Koran Amerika Times
menerbitkan berita ilmiah yang
mengkonfirmasi bahwa Firaun
menggunakan tanah liat untuk
membangun piramida! Menurut
penelitian tersebut disebutkan
bahwa batu yang digunakan
untuk membuat piramida
adalah tanah liat yang
dipanaskan hingga membentuk
batu keras yang sulit dibedakan
dengan batu aslinya.
Para ilmuwan mengatakan
bahwa Firaun mahir dalam ilmu
kimia dalam mengelola tanah
liat hingga menjadi batu. Dan
teknik tersebut menjadi hal
yang sangat rahasia jika dilihat
dari kodifikasi nomor di batu
yang mereka tinggalkan.
Profesor Gilles Hug, dan Michel
Profesor Barsoum menegaskan
bahwa Piramida yang paling
besar di Giza, terbuat dari dua
jenis batu: batu alam dan batu-
batu yang dibuat secara manual
alias olahan tanah liat.
Dan dalam penelitian yang
dipublikasikan oleh majalah
“Journal of American Ceramic
Society” menegaskan bahwa
Firaun menggunakan jenis
tanah slurry untuk membangun
monumen yang tinggi, termasuk
piramida. Karena tidak mungkin
bagi seseorang untuk
mengangkat batu berat ribuan
kilogram. Sementara untuk
dasarnya, Firaun menggunakan
batu alam.
Piramida, dan lumpur yang
sudah diolah menurut ukuran
yang diinginkan dibakar untuk
diletakkan di tempat yang
paling tinggi.
Lumpur tersebut merupakan
campuran lumpur kapur di
tungku perapian yang
dipanaskan dengan uap air
garam dan berhasil membuat
uap air sehingga membentuk
campuran tanah liat. Kemudian
olahan itu dituangkan dalam
tempat yang disediakan di
dinding piramida.
Profesor Davidovits telah
mengambil batu piramida yang
terbesar untuk dilakukan
analisis dengan menggunakan
mikroskop elektron terhadap
batu tersebut dan menemukan
jejak reaksi cepat yang
menegaskan bahwa batu
terbuat dari lumpur. Selama ini,
tanpa penggunaan mikroskop
elektron, ahli geologi belum
mampu membedakan antara
batu alam dan batu buatan.
Dengan metode pembuatan
batu besar melalui cara ini,
sang profesor membutuhkan
waktu sepuluh hari hingga mirip
dengan batu aslinya.
Sebelumnya, seorang ilmuwan
Belgia, Guy Demortier, telah
bertahun-tahun mencari
jawaban dari rahasia di balik
pembuatan batu besar di
puncak-puncak piramida. Ia
pun berkata, “Setelah
bertahun-tahun melakukan
riset dan studi, sekarang saya
baru yakin bahwa piramida
yang terletak di Mesir dibuat
dengan menggunakan tanah
liat.”
Selama ini, ilmuwan hanya
mempunyai jawaban yang fiktif
soal cara membangun piramida
Firaun. Bagaimana mengangkat
batu-batu besar yang
jumlahnya mencapai 2,8 juta
batu. Waktu itu, mereka
menyatakan secara fiktif bahwa
orang Mesir kuno memiliki
kemampuan mengangkat
jutaan batu yang beratnya
sekitar lima atau enam ribu
kilogram!
Penemuan oleh Profesor
Prancis Joseph Davidovits soal
batu-batu piramida yang
ternyata terbuat dari olahan
lumpur ini memakan waktu
sekitar dua puluh tahun.
Sebuah penelitian yang luas
tentang piramida Bosnia,
"Piramida Matahari" dan
menjelaskan bahwa batu-
batunya terbuat dari tanah liat!
Ini menegaskan bahwa metode
ini tersebar luas di masa lalu.
(Gambar dari batu piramida).
Sebuah gambar yang
digunakan dalam casting batu-
batu kuno piramida matahari
mengalir di Bosnia, dan
kebenaran ilmiah mengatakan
bahwa sangat jelas bahwa
metode tertentu pada
pengecoran batu berasal dari
tanah liat telah dikenal sejak
ribuan tahun yang lalu dalam
peradaban yang berbeda baik
Rumania atau Firaun!
Alquran Ternyata Lebih Dulu
Punya Jawaban
Jika dipahami lebih dalam,
ternyata Alquran telah
mengungkapkan hal ini dari
beberapa ayat-ayat yang Allah
firmankan. Antara lain:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥُ ﻳَﺎ
ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﻣَﺎ
ﻋَﻠِﻤْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ
ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﻓَﺄَﻭْﻗِﺪْ
ﻟِﻲ ﻳَﺎ ﻫَﺎﻣَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻄِّﻴﻦِ ﻓَﺎﺟْﻌَﻞْ ﻟِﻲ
ﺻَﺮْﺣًﺎ ﻟَﻌَﻠِّﻲ ﺃَﻃَّﻠِﻊُ
ﺇِﻟَﻰ ﺇِﻟَﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰ
ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺄَﻇُﻨُّﻪُ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦَ
“Dan berkata Fir'aun: ‘Hai
pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah Hai
Haman untukku tanah liat
kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang Tinggi supaya
aku dapat naik melihat Tuhan
Musa, dan Sesungguhnya aku
benar-benar yakin bahwa Dia
Termasuk orang-orang
pendusta." (Al-Qashash:38)
Ayat ini menunjukkan rahasia
dari teknologi konstruksi yang
digunakan untuk bangunan
tinggi sebuah monumen seperti
disebutkan “buatkanlah
untukku bangunan yang
Tinggi”. Teknik ini didasarkan
pada lumpur dan panas seperti
dalam ayat: “Maka bakarlah
Hai Haman untukku tanah liat!”
Subhanallah! Ada bukti yang
menunjukkan bahwa patung-
patung raksasa dan tiang-tiang
yang ditemukan dalam
peradaban Rumania dan yang
lainnya juga dibangun dari
tanah liat! Dapat dikatakan:
bahwa keajaiban Al Qur'an
menunjukkan cara untuk
membangun bangunan-
bangunan dari tanah liat dan ini
yang tidak diketahui pada
waktu turunnya Alquran hingga
zaman modern saat ini.
Siapa yang memberitahukan
kepada Nabi saw tentang berita
ini?
Al-Quran adalah kitab pertama
yang mengungkapkan rahasia
bangunan piramida, bukan
para Ilmuwan Amerika dan
Perancis. Pertanyaannya adalah:
Kita tahu bahwa Nabi saw tidak
pergi ke Mesir dan tidak pernah
melihat piramida, bahkan
mungkin tidak pernah
mendengar tentangnya. Kisah
Firaun, terjadi sebelum masa
Nabi saw ribuan tahun yang
lalu, dan tidak ada satupun di
muka bumi ini pada waktu itu
yang mengetahui tentang
rahasia piramida. Sebelum ini,
para ilmuwan tidak yakin
bahwa Firaun menggunakan
tanah liat dan panas untuk
membangun monumen tinggi
kecuali beberapa tahun
belakangan ini.
Bagaimana Nabi saw sebelum
1400 tahun yang lalu
memberitahukan bahwa Firaun
menggunakan tanah liat dan
panas untuk membangun
monumen ...
Ayat ini sangat jelas dan kuat
membuktikan bahwa nabi
Muhammad saw tidaklah
membawa apapun dari
padanya tetapi Allah yang
menciptakan Firaun dan
menenggelamkannya, dan Dia
pula yang menyelamatkan nabi
Musa ... Dan Dia pula yang
memberitahukan kepada Nabi-
Nya akan hakikat ilmiah ini, dan
ayat ini menjadi saksi kebenaran
kenabiannya pada zaman
modern ini!!

Rahasia Membangun Piramida Firaun

Sejak lama para ilmuwan
bingung bagaimana cara
sebuah piramida dibangun. Hal
ini karena teknologi
mengangkat batu-batu besar
yang bisa mencapai ribuan
kilogram ke puncak-puncak
bangunan belum ditemukan di
zamannya. Apa rahasia di balik
pembangunan piramida ini?
Dalam edisi tanggal 1 Desember
2006, Koran Amerika Times
menerbitkan berita ilmiah yang
mengkonfirmasi bahwa Firaun
menggunakan tanah liat untuk
membangun piramida! Menurut
penelitian tersebut disebutkan
bahwa batu yang digunakan
untuk membuat piramida
adalah tanah liat yang
dipanaskan hingga membentuk
batu keras yang sulit dibedakan
dengan batu aslinya.
Para ilmuwan mengatakan
bahwa Firaun mahir dalam ilmu
kimia dalam mengelola tanah
liat hingga menjadi batu. Dan
teknik tersebut menjadi hal
yang sangat rahasia jika dilihat
dari kodifikasi nomor di batu
yang mereka tinggalkan.
Profesor Gilles Hug, dan Michel
Profesor Barsoum menegaskan
bahwa Piramida yang paling
besar di Giza, terbuat dari dua
jenis batu: batu alam dan batu-
batu yang dibuat secara manual
alias olahan tanah liat.
Dan dalam penelitian yang
dipublikasikan oleh majalah
“Journal of American Ceramic
Society” menegaskan bahwa
Firaun menggunakan jenis
tanah slurry untuk membangun
monumen yang tinggi, termasuk
piramida. Karena tidak mungkin
bagi seseorang untuk
mengangkat batu berat ribuan
kilogram. Sementara untuk
dasarnya, Firaun menggunakan
batu alam.
Piramida, dan lumpur yang
sudah diolah menurut ukuran
yang diinginkan dibakar untuk
diletakkan di tempat yang
paling tinggi.
Lumpur tersebut merupakan
campuran lumpur kapur di
tungku perapian yang
dipanaskan dengan uap air
garam dan berhasil membuat
uap air sehingga membentuk
campuran tanah liat. Kemudian
olahan itu dituangkan dalam
tempat yang disediakan di
dinding piramida.
Profesor Davidovits telah
mengambil batu piramida yang
terbesar untuk dilakukan
analisis dengan menggunakan
mikroskop elektron terhadap
batu tersebut dan menemukan
jejak reaksi cepat yang
menegaskan bahwa batu
terbuat dari lumpur. Selama ini,
tanpa penggunaan mikroskop
elektron, ahli geologi belum
mampu membedakan antara
batu alam dan batu buatan.
Dengan metode pembuatan
batu besar melalui cara ini,
sang profesor membutuhkan
waktu sepuluh hari hingga mirip
dengan batu aslinya.
Sebelumnya, seorang ilmuwan
Belgia, Guy Demortier, telah
bertahun-tahun mencari
jawaban dari rahasia di balik
pembuatan batu besar di
puncak-puncak piramida. Ia
pun berkata, “Setelah
bertahun-tahun melakukan
riset dan studi, sekarang saya
baru yakin bahwa piramida
yang terletak di Mesir dibuat
dengan menggunakan tanah
liat.”
Selama ini, ilmuwan hanya
mempunyai jawaban yang fiktif
soal cara membangun piramida
Firaun. Bagaimana mengangkat
batu-batu besar yang
jumlahnya mencapai 2,8 juta
batu. Waktu itu, mereka
menyatakan secara fiktif bahwa
orang Mesir kuno memiliki
kemampuan mengangkat
jutaan batu yang beratnya
sekitar lima atau enam ribu
kilogram!
Penemuan oleh Profesor
Prancis Joseph Davidovits soal
batu-batu piramida yang
ternyata terbuat dari olahan
lumpur ini memakan waktu
sekitar dua puluh tahun.
Sebuah penelitian yang luas
tentang piramida Bosnia,
"Piramida Matahari" dan
menjelaskan bahwa batu-
batunya terbuat dari tanah liat!
Ini menegaskan bahwa metode
ini tersebar luas di masa lalu.
(Gambar dari batu piramida).
Sebuah gambar yang
digunakan dalam casting batu-
batu kuno piramida matahari
mengalir di Bosnia, dan
kebenaran ilmiah mengatakan
bahwa sangat jelas bahwa
metode tertentu pada
pengecoran batu berasal dari
tanah liat telah dikenal sejak
ribuan tahun yang lalu dalam
peradaban yang berbeda baik
Rumania atau Firaun!
Alquran Ternyata Lebih Dulu
Punya Jawaban
Jika dipahami lebih dalam,
ternyata Alquran telah
mengungkapkan hal ini dari
beberapa ayat-ayat yang Allah
firmankan. Antara lain:
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻓِﺮْﻋَﻮْﻥُ ﻳَﺎ
ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﻤَﻠَﺄُ ﻣَﺎ
ﻋَﻠِﻤْﺖُ ﻟَﻜُﻢْ ﻣِﻦْ
ﺇِﻟَﻪٍ ﻏَﻴْﺮِﻱ ﻓَﺄَﻭْﻗِﺪْ
ﻟِﻲ ﻳَﺎ ﻫَﺎﻣَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻄِّﻴﻦِ ﻓَﺎﺟْﻌَﻞْ ﻟِﻲ
ﺻَﺮْﺣًﺎ ﻟَﻌَﻠِّﻲ ﺃَﻃَّﻠِﻊُ
ﺇِﻟَﻰ ﺇِﻟَﻪِ ﻣُﻮﺳَﻰ
ﻭَﺇِﻧِّﻲ ﻟَﺄَﻇُﻨُّﻪُ ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑِﻴﻦَ
“Dan berkata Fir'aun: ‘Hai
pembesar kaumku, aku tidak
mengetahui Tuhan bagimu
selain aku. Maka bakarlah Hai
Haman untukku tanah liat
kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang Tinggi supaya
aku dapat naik melihat Tuhan
Musa, dan Sesungguhnya aku
benar-benar yakin bahwa Dia
Termasuk orang-orang
pendusta." (Al-Qashash:38)
Ayat ini menunjukkan rahasia
dari teknologi konstruksi yang
digunakan untuk bangunan
tinggi sebuah monumen seperti
disebutkan “buatkanlah
untukku bangunan yang
Tinggi”. Teknik ini didasarkan
pada lumpur dan panas seperti
dalam ayat: “Maka bakarlah
Hai Haman untukku tanah liat!”
Subhanallah! Ada bukti yang
menunjukkan bahwa patung-
patung raksasa dan tiang-tiang
yang ditemukan dalam
peradaban Rumania dan yang
lainnya juga dibangun dari
tanah liat! Dapat dikatakan:
bahwa keajaiban Al Qur'an
menunjukkan cara untuk
membangun bangunan-
bangunan dari tanah liat dan ini
yang tidak diketahui pada
waktu turunnya Alquran hingga
zaman modern saat ini.
Siapa yang memberitahukan
kepada Nabi saw tentang berita
ini?
Al-Quran adalah kitab pertama
yang mengungkapkan rahasia
bangunan piramida, bukan
para Ilmuwan Amerika dan
Perancis. Pertanyaannya adalah:
Kita tahu bahwa Nabi saw tidak
pergi ke Mesir dan tidak pernah
melihat piramida, bahkan
mungkin tidak pernah
mendengar tentangnya. Kisah
Firaun, terjadi sebelum masa
Nabi saw ribuan tahun yang
lalu, dan tidak ada satupun di
muka bumi ini pada waktu itu
yang mengetahui tentang
rahasia piramida. Sebelum ini,
para ilmuwan tidak yakin
bahwa Firaun menggunakan
tanah liat dan panas untuk
membangun monumen tinggi
kecuali beberapa tahun
belakangan ini.
Bagaimana Nabi saw sebelum
1400 tahun yang lalu
memberitahukan bahwa Firaun
menggunakan tanah liat dan
panas untuk membangun
monumen ...
Ayat ini sangat jelas dan kuat
membuktikan bahwa nabi
Muhammad saw tidaklah
membawa apapun dari
padanya tetapi Allah yang
menciptakan Firaun dan
menenggelamkannya, dan Dia
pula yang menyelamatkan nabi
Musa ... Dan Dia pula yang
memberitahukan kepada Nabi-
Nya akan hakikat ilmiah ini, dan
ayat ini menjadi saksi kebenaran
kenabiannya pada zaman
modern ini!!

Rabu, 27 Juli 2011

Kisah Seekor Kupu-kupu

Seseorang menemukan
kepompong seekor kupu.
Suatu hari lubang kecil muncul.
Dia duduk mengamati dalam
beberapa jam calon kupu-kupu itu
ketika dia berjuang dengan
memaksa dirinya melewati lubang
kecil itu.
Kemudian kupu- kupu itu berhenti
membuat kemajuan.
Kelihatannya dia telah berusaha
semampunya dan dia tidak bisa
lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut
memutuskan untuk membantunya.
Dia mengambil sebuah gunting
dan memotong sisa
kekangan dari kepompong itu.
Kupu-kupu tersebut keluar
dengan mudahnya.
Namun, dia mempunyai tubuh
gembung dan kecil, sayap-sayap
mengkerut.
Orang tersebut terus
mengamatinya karena dia
berharap bahwa, pada suatu saat,
sayap-sayap itu akan mekar dan
melebar sehingga mampu
menopang tubuhnya, yang
mungkin akan berkembang seiring
dengan berjalannya waktu.
Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu
menghabiskan sisa hidupnya
merangkak di sekitarnya dengan
tubuh gembung dan sayap-sayap
mengkerut.
Orang tersebut terus
mengamatinya karena dia
berharap bahwa, pada suatu saat,
sayap-sayap itu akan mekar dan
melebar sehingga mampu
menopang tubuhnya, yang
mungkin akan berkembang seiring
dengan berjalannya waktu.
Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataannya, kupu-kupu itu
menghabiskan sisa hidupnya
merangkak di sekitarnya dengan
tubuh gembung dan sayap-sayap
mengkerut.
Dia tidak pernah bisa terbang.
Yang tidak dimengerti dari
kebaikan dan ketergesaan orang
tersebut adalah bahwa
kepompong yang menghambat
dan perjuangan yang dibutuhkan
kupu-kupu untuk melewati lubang
kecil adalah jalan ALLAH untuk
memaksa cairan dari tubuh kupu-
kupu itu ke dalam sayap-sayapnya
sedemikian sehingga dia akan siap
terbang begitu dia memperoleh
kebebasan dari kepompong
tersebut.
Kadang-kadang perjuangan
adalah suatu yang kita perlukan
dalam hidup kita.
Jika ALLAH membiarkan kita hidup
tanpa hambatan perjuangan, itu
mungkin justru akan
melumpuhkan kita.
Kita mungkin tidak sekuat yang
semestinya yang dibutuhkan untuk
menopang cita-cita dan harapan
yang kita mintakan.
Kita mungkin tidak akan pernah
dapat "Terbang" Sesungguhnya
ALLAH itu Maha Pengasih dan
maha Penyayang.
Kita memohon Kekuatan dan
ALLAH memberi kita kesulitan-
kesulitan untuk membuat kita
tegar.
Kita memohon kebijakan dan
ALLAH memberi kita berbagai
persoalan hidup untuk
diselesaikan agar kita bertambah
bijaksana.
Kita memohon kemakmuran...
Dan ALLAH memberi kita Otak
dan Tenaga untuk dipergunakan
sepenuhnya dalam mencapai
kemakmuran.
Kita memohon Keteguhan Hati...
Dan ALLAH memberi Bencana dan
Bahaya untuk diatasi.
Kita memohon Cinta...
Dan ALLAH memberi kita orang-
orang bermasalah untuk
diselamatkan dan dicintai.
Kita memohon Kemurahan
Kebaikan Hati...
Dan ALLAH memberi kita
kesempatan- kesempatan yang
silih berganti.
Begitulah cara ALLAH membimbing
kita...
Apakah jika saya tidak
memperoleh yang saya inginkan,
berarti bahwa saya tidak
mendapatkan segala yang saya
butuhkan?
Kadang ALLAH tidak memberikan
yang kita minta, tapi dengan pasti
ALLAH memberikan yang terbaik
untuk kita, kebanyakan kita tidak
mengerti mengenal, bahkan tidak
mau menerima rencana ALLAH,
padahal justru itulah yang terbaik
untuk kita.

Jumat, 22 Juli 2011

Syahadah Cinta

Senja ini, di antara syahdu
angin laut yang bernyanyi.
Seirama dengan tarian ombak
yang menggulung-gulung
memecah pantai. Menyusuri
buti-butir pasir yang kemilau
oleh mentari yang mengintip
malu dibalik tirai senja. Diiringi
panorama burung-burung yang
meliuk-liuk indah di angkasa.
Tenang, damai, mendengar
alam bernyanyi layaknya vokal
grup yang saling melengkapi.
Subhanallah. Maha Suci Allah
yang menciptakan alam
sedemikian indah ini. Dan aku
seakan-akan mendengar
mereka semua melantunkan
Surat Ar-Rahman berbisik
ditelingaku
“Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu
dustakan? Tuhan yang
memelihara kedua tempat
terbit matahari dan Tuhan yang
memelihara kedua tempat
terbenamnya. Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Dia
membiarkan dua lautan
mengalir yang keduanya
Kemudian bertemu, Antara
keduanya ada batas yang tidak
dilampaui masing-masing. Maka
nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu dustakan?
Dari keduanya keluar mutiara
dan marjan. Maka nikmat
Tuhan kamu yang manakah
yang kamu dustakan? Dan
kepunyaanNya lah bahtera-
bahtera yang Tinggi layarnya di
lautan laksana gunung-gunung.
Maka nikmat Tuhan kamu yang
manakah yang kamu
dustakan?” (QS. Ar-Rahman
[55] : 16-25)
Aku berdiri di tepian pantai.
Mataku tajam menatap lautan
yang membentang luas. Jiwaku
jadi kerdil. Betapa kecilnya diri
ini jika dibandingkan
makhlukNya yang lain. Apa lagi
jika dibanding dengan Dia yang
menciptakan ini semua.
Allahuakbar! Maha Besar Allah
dengan semua ciptaanNya.
Kilau mentari yang menghiasi
langit senja ini semakin indah
dan semakin meninggalkan
hari. Rasanya ingin berlama-
lama di bibir pantai ini.
Mentafakuri dan menikmati
ciptaanNya yang jarang sekali
aku lihat kecuali ketika aku
pulang ke Lampung.
“Gie...!!!” Teriak seseorang dari
arah belakangku yang sangat
aku kenal.
Endi namanya. Dia sahabat
dekatku. Dia yang pertama kali
mengajakku ke pantai ini ketika
aku pulang setahun yang lalu.
“Ya...!”
“Sudah jam 5 lewat ¼, balik
yu!”
Aku hanya tersenyum
menatapnya. Dia datang
menghampiriku dan merangkul
pundakku dengan akrab.
“Sudahlah! Allah pasti punya
rencana indah buatmu.”
“Aku percaya itu. Tapi...”
“Tapi apa? Aku nggak
mengenal Gie sahabatku yang
mudah lemah seperti ini. Aku
kenal Gie seperti dia menatap
setitik perahu yang jauh di
lautan luas sana.” Sambil
tangannya menunjuk kearah
perahu di tengah lautan. “Gie
yang fokus pada mimpi dan
tujuan-tujuan besarnya. Kamu
bukan Gie yang runtuh
semangatnya hanya karena satu
benturan. Perkara jodoh, Allah
berjanji akan memberikan yang
baik buat hamba-hambaNya
yang baik. Jadi ikhtiarmu dalam
mencari bidadarimu itu,
hanyalah dengan terus
berupaya memperbaiki diri
kawan.” Jawabnya tegas
berupaya mengingatkanku.
“Hemm... benar Ndi. Mungkin
memang belum saatnya aku
untuk menikah dalam waktu
dekat ini.”
“Kamu harus tahu apa yang
diinginkan bapak dan ibumu.
Dia ingin anaknya bisa selesai
S1-nya. Bisa mengejar mimpi
dan cita-citanya. Betapa
bangganya ibumu ketika ia
cerita padaku, kalau anak
pertamanya bisa melanjutkan
sekolahnya di perguruan tinggi
dengan biaya sendiri tanpa
harus membebani orang tua.
Pendidikan tinggi di kampung
kita itu barang langka Gie. Ibu
dan bapakmu bangga kamu
bisa menjadi harapan keluarga.
Lihat adikmu yang masih
sekolah. Kamu masih harus
membantu biaya sekolahnya.”
Cerita Endi padaku. Aku pun
tak sanggup menahan airmata
mendengarnya.
Tiba-tiba teringat wajah ibuku
yang terlihat lelah
membesarkan anaknya.
Teringat setiap kali aku pulang
ke rumah ia selalu mencium
kening dan pipiku. Teringat
wajah bapak yang mulai menua
dan berkurang produktifnya.
Aku tak sanggup lagi menahan
tangisku disaksikan laut,
mentari dan langit senja. Endi
mendekapku kencang. Ia
sangat tahu seperti apa
perasaanku.
“Maaf sobat! Aku hanya ingin
kamu menjadi setegar karang
yang diterpa ombak. Aku ingin
kamu seperti elang yang
terbang di angkasa sana yang
tak pernah surut untuk turun
meski angin kencang
menerpanya. Kamu pahlawan
buat keluargamu. Aku bangga
punya sahabat sepertimu.”
Lanjutnya membesarkan hatiku.
Aku sela air mataku, aku tatap
matanya, lalu kukatakan, “aku
juga bangga punya sahabat
sepertimu, yang sangat peduli
dan mengerti perasaan
sahabatnya”. Jawabku sambil
aku balas dekapannya.
“Kalau kamu bisa penuhi apa
yang orangtuamu inginkan dan
membuat mereka bangga,
jangankan satu. Empat
sekaliguspun mereka pasti akan
mengiyakan!”
“Ah.. bisa aja.” Sela ku. Aku
hanya tersenyum. “Ibu
sebenarnya sih mengizinkan
aku menikah. Tapi ya itu tadi,
betul katamu. Ibu khawatir
kuliahku berhenti ditengah
jalan. Dia ingin aku selesai
kuliah dulu.”
“Tapi kamu belum sampai jauh
dengan gadis itu kan?” Tanya
Endi.
“Maksudmu?”
“Eee... ee.. Nggak pacaran
kan?”
“Astagfirullah! Ya nggak Ndi!
Kamu kayak baru kenal aku
aja!” Tegasku sambil melotot.
“Maaf, maaf! Aku hanya
khawatir aja! Tapi dia tahu
perasaanmu?”
“Enggak!” jawabku sambil
menggelengkan kepala. “Cuma
kamu, Ibu dan Bapak yang tahu
tentang perasaanku ini! Dan
aku gak akan mengungkapkan
perasaanku ini kecuali dengan
wanita yang sah menjadi
istriku.” Tegasku.
“Dia akhwat teman satu
fakultas.” Lanjutku bercerita.
“Setiap kali kuliah aku pasti
ketemu dia. Entah dia duduk di
depan. Entah dia duduk di
belakang. Itu yang menyiksa
perasaanku. Aku coba fokus
pada pelajaran. Tapi tetap saja
aku gak bisa menghilangkan
perasaan ini. Aku coba untuk
rajin puasa. Bahkan puasa
daud. Bahkan aku sering
bangun malam. Menangis.
Mengadukan semuanya pada
Allah. Tetapi belum tampak
Allah memberikan jawabannya
padaku. Aku semakin disiksa
dengan perasaanku karena
setiap hari harus bertemu
dengan dia di kampus.”
“Ck.. ck.. ck..,” gerutu Endi
sambil menggelengkan kepala.
“Itu manusiawi Gie. Bukan
hanya kamu. Pemuda di
seluruh dunia juga pernah
merasakan apa yang kamu
rasakan. Allah sedang
mengujimu. Apakah kamu
sanggup menjaga kehormatan
dan kesucian dirimu, sampai
kamu sabar dan Allah
memberikan pertolonganNya.
Coba kamu sibukkan dirimu
dengan hal-hal yang positif dan
berusahalah pelan-pelan untuk
melupakannya.”
“Aku sudah coba dengan
memadatkan agenda dakwahku
di luar jam kerja dan jam
kuliahku. Tapi kalau setiap kali
kuliah ketemu dia gimana aku
bisa melupakannya? Apa aku
berhenti kuliah saja?”
“Gie...! Gie...! Baru aku bilang.
Ingat ibumu yang sangat ingin
kamu selesai S1. Coba setiap
kali kamu ingat dia, hadirkan
wajah ibumu. Perasaan itu
adalah fitrah manusia. Allah
sedang mengujimu. Kalau kamu
sabar untuk tetap menjaga
kesucian dirimu untuk tidak
terjerumus kepada hal-hal yang
Allah tidak ridhai, Allah pasti
akan memberikan
pertolonganNya padamu. Kamu
ingat firman Allah di surat Al-
Baqarah 153,
Hai orang-orang yang beriman,
jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu,
Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.
Astagfirullahaladzim, gumamku
dalam hati. Ya Allah ampuni
aku yang tidak bisa sabar
menghadapi ujianMu ini.
Aku peluk erat Endi, dan aku
katakan lirih ditelinganya.
“Benar Ndi! Terimakasih
nasehatmu. Kamu selalu
menguatkanku saat aku
lemah.”
“Aku sahabatmu Gie. Aku bisa
pahami itu.”
“Oya Gie,” endi melepaskan
pelukannya. “kalau seandainya
Ibu dan bapak merestuimu
untuk menikah. Apa gadis itu
juga suka sama kamu? Dan apa
dia mau sama kamu?”
Glek!
Aku terdiam beberapa detik.
“Iya juga. Apa dia mau sama
aku ya?”
“Nah, kalau dia mau sama
kamu, belum tentu juga siap
untuk nikah. Masalah lagi!”
Tambahnya lagi.
Aku diam terbengong.
Sepertinya ada burung gagak
yang menyambar kepalaku.
“Hehehe.. koq bengong! Nah
itu artinya kamu gak usah
terlalu dibawa perasaan. Kalau
itu juga gak jelas! Ya sudah!
“Sebentar lagi magrib, ke masjid
yuk!”
“Ayo” jawabku pendek.
Sepanjang perjalanan ke masjid
aku coba merenungi kata-kata
terakhirnya. Benar juga, kenapa
harus aku merasa tersiksa
dengan perasaanku. Aku juga
tidak tahu apa akhwat itu
bersedia menikah denganku.
***
Ba’da Magrib kami putuskan
untuk pulang. Kami membawa
kendaraan motor dari rumah.
Karena memang jarak pantai
beberapa kilo dari rumah. Aku
yang berada di depan
membawa motornya dan Endi
berada di belakang aku
bonceng.
Setelah selesai shalat magrib
dan sepanjang perjalanan aku
merasakan sesuatu yang aneh.
Seperti ada orang yang
membuntuti kami setelah
keluar dari masjid. Aku merasa
seperti punya janji terhadap
seseorang. Tetapi aku lupa janji
apa itu.
“Gie, kapan balik lagi ke
Tangerang?” tanya Endi coba
memecahkan keheningan di
perjalanan.
“Besok pagi. Insya Allah.”
“Berarti ini kebersamaan kita
yang terakhir?” Mimiknya
sedikit kecewa
“Insya Allah pasti kita ketemu
lagi.” Jawabku mencoba
mengobati kecewanya.
“Ndi, kamu liat orang yang naik
motor dibelakang kita nggak?
Kayaknya buntutin kita dari
tadi.”
“Yang mana? Nggak ada siapa-
siapa koq!” Tegas Endi sambil
memperhatikan kebelakang
“Liat di kaca spion. Pakaiannya
serba hitam.”
Sssiiittt...
Aku hentikan kendaraan dan
coba menoleh kebalakang. Dia,
pria berpakaian hitam itu juga
ikut berhenti dengan
kendaraannya. Hatiku menjadi
gelisah. Ada perasaan takut
yang tiba-tiba menghantuiku
begitu dahsyat.
“Gie, kamu lihat apa sih?”
“Lihat dibelakang kita.
Kendaraan itu juga ikut
berhenti. Sepertinya memang
ada sesuatu yang ia inginkan
dari kita.”
“Apa? Aku nggak lihat apa-apa
Gie?”
Aku tidak peduli apa tanggapan
Endi. Tapi aku merasa sangat
takut sekali. Aku tancap gas
dengan kecepatan yang tinggi!
Aku ucapkan kalimat tauhid
sepanjang perjalanan.
“Laa ilaha ilallah... Laa ilaha
ilallah”
“Gie.. Pelan-pelan!” Teriak Endi.
Aku tidak peduli dengan
teriakan Endi. Aku perhatikan
kaca spion, sepertinya dia
mengimbangi kecepatanku. Aku
tambah kecepatanku. Dia
semakin mendekat dibelakang.
Aku semakin takut tidak
karuan. Aku ambil kanan
mendahului beberapa
kendaraan. Sesampai
ditikungan, tiba-tiba muncul
truk Fuso dari arah
berlawanan. Dan aku tak dapat
menghindari truk-fuso itu
dengan kecepatan
kendaraanku yang tinggi.
Endi berteriak, “GIEE...!
AWAS...!”
Dan... DAR...!
Kendaraan kami menabrak truk
Fuso itu. Endi terlempar jauh,
dan aku terjatuh masuk
kedalam kolong Fuso itu.
SSS...!
Tubuhku terasa panas seperti
terbakar. Remuk seperti ada
yang meremas.
“Gie... gie..” samar-samar
terdengar suara Endi
memanggilku
HE... AH...! HE... AH...! HE...
AH...! Nafasku tersengal-sengal.
Tiba-tiba aku melihat sosok pria
yang membuntuti kami tadi. Dia
turun dari kendaraan dan
berjalan kearahku. Semakin
dekat. Semakin besar. Semakin
seram. Aku tak dapat melihat
wajahnya secara jelas. Aku
semakin takut. Aku tersadar
ternyata dia adalah Izrail.
Malaikat Maut. Dia
mendekatiku dan menggapai
tubuhku yang remuk.
Dan tiba-tiba, semuanya
menjadi gelap!
Kisah ini hanya fiktif semoga
ada hikmahnya.
Wallahu alam bi shawab.

Minggu, 17 Juli 2011

Maafkan Aku Bila Mendahuluimu

Soleh bukan tidak tahu kalau
kata-kata tak mengenakan itu
ditujukan kepadanya. Sungguh,
sebenarnya Soleh pun merasa
tidak nyaman dengan tuduhan
semacam itu. Tapi ini soal
prinsip. Ia yakin betul dengan
kebenaran prinsip yang
dipegangnya. Yang salah adalah
mengapa mereka tak (mau)
mengerti penjelasan yang ia
berikan.
Adalah Soleh, pemuda
berumur dua puluh lima tahun
yang termasuk beruntung.
Setahun bergabung, langsung
diangkat sebagai karyawan
tetap. Tapi bukan itu yang
membuat beberapa rekan
kerjanya sering menjadikan
Soleh sebagai bahan
perbincangan. Tak tahu tata
cara pergaulan, begitu
terkadang mereka
menambahkan.
Bukan satu dua kali Soleh
menjelaskan, mengapa ia
(selalu) berjalan mendahului
rekan-rekan perempuannya.
Terlebih bila secara kebetulan
bertemu di ujung tangga
menuju kantor mereka yang
terletak di lantai dua. Ia
bukanlah manusia suci seperti
sindiran rekan perempuannya.
Ia laki-laki dewasa normal yang
memiliki ketertarikan dengan
lawan jenis, tak terkecuali
kepada teman kerjanya. Ia
khawatir tak dapat
menundukan pandangan
(nafsu) bila berjalan di belakang
perempuan. Bukankah setiap
gerak perempuan selalu terlihat
indah di mata laki-laki?
Seandainya ia memiliki
kekuasaan, pasti ia akan
membuat aturan berpakaian
bagi karyawan perempuan.
Benar-benar menutup aurat,
bukan sekedar mengikuti trend
semata. Tapi ia hanyalah
karyawan rendahan, jalan
keluarnya adalah ia selalu
berusaha untuk tidak berjalan
di belakang perempuan.
Telah ia jelaskan, tapi sayang
hanya dianggap sebagai alasan
untuk menutupi
kesombongannya,
keangkuhannya. Dalam
beberapa hal, Soleh tidak
mempermasalahkan tata cara
pergaulan yang mendahulukan
perempuan, ladies first
istilahnya. Tapi untuk urusan
yang satu ini, Soleh berprinsip
sebaliknya.
Bukan tidak sopan, bukan pula
sombong. Selain menjaga
pandangan (nafsunya), justru
karena Soleh menghormati
mereka. Perempuan dengan
segala daya pikatnya bukanlah
objek yang bisa dinikmati
(dilihat) oleh laki-laki selain
yang berhak (suaminya).
Sayang, belum semua
perempuan menyadari tingginya
agama ini menempatkan
mereka. Karena nafsu, tak
jarang perempuan sengaja
tampil mencolok di depan laki-
laki yang tidak berhak melihat
auratnya. Astaghfirullloh!
Juga bukan satu dua kali Soleh
mengatakan kenapa ia
berusaha untuk sholat dengan
jamaah pertama dan
mendapatkan tempat yang
utama. Shaft pertama, tepat di
belakang sebelah kanan sang
imam, menjadi tempat
favoritnya. Soleh sadar betul
bahwa pahala terbesar adalah
sholat yang dikerjakan secara
berjamaah di awal waktu. Dan
soal tempat yang selalu ia incar
–shaf pertama di belakang
imam sebelah kanan– bukanlah
milik atasannya, bukan pula
milik pengurus mushola, tapi
hak siapapun yang datang lebih
awal.
Sudah Soleh katakan, tapi
sayang beberapa orang justru
menganggapnya tak punya tata
krama. Bukan tak tahu tata
krama bila Soleh berdiri di shaf
pertama sementara atasannya
justru di shaf kedua. Dalam
sholat jelas tidak melihat
jabatan seseorang dalam
pekerjaan. Soleh tahu di
belakangnya ada sang atasan,
tapi ia merasa tak perlu
menawarkan diri untuk
bertukar posisi. Siapapun punya
hak dan kesempatan yang
sama, syaratnya hanya satu,
datang lebih awal dibanding
lainnya.
Soleh justru heran dengan
beberapa rekan kerjanya yang
datang lebih dulu tapi sengaja
memilih tempat di belakang,
bahkan ada yang harus
diingatkan berkali-kali agar
tidak membentuk shaf baru
sebelum shaf di depannya
terpenuhi. Soleh telah
mengingatkan, tapi sayang
mereka dengan penuh
kesadaran dan dan kesengajaan
melewatkan kesempatan untuk
berdiri lebih dekat dengan
pintu syurga.
Dalam hal lain, Soleh tentu tak
berkeberatan bila ia harus
mengalah, memberi
kesempatan lebih dulu kepada
sang atasan. Tapi untuk ibadah,
Soleh tak mau menyia-nyiakan.
Sudah dikatakan, urusan lain
tidak masalah, tapi urusan
ibadah, diri sendiri harus
didahulukan.
Soleh memaklumi jika pada
awalnya beberapa prinsip yang
ia pegang terlihat aneh di mata
rekan-rekannya. Semua karena
mereka belum memahami.
Baginya, tak harus ia merubah
prinsip hanya karena orang lain
belum atau tak (mau) mengerti
penjelasannya.
Perlahan, seiring berjalannya
waktu, rekan-rekan kerja Soleh
mulai mengerti prinsipnya.
Bererapa rekan perempuan
mulai merubah cara
berpakaian. Kalau kebetulan
mereka bertemu di ujung
tangga, tanpa diminta rekan-
rekan perempuannya memberi
kesempatan untuk Soleh
berjalan di depan. Mereka
menyadari bahwa menaiki
tangga sementara laki-laki di
belakang, sama saja
menciptakan kesempatan untuk
mereka melihat apa yang tidak
menjadi haknya, terlebih
dengan model pakaian yang
dulu mereka kenakan.
Begitupun dengan rekan kerja
laki-laki, banyak yang mengikuti
jejaknya. Mereka menyadari
bahwa pahala sholat terbesar
adalah ketika dilakukan
berjamaah, di awal waktu. Dan
tempat yang tak boleh disia-
siakan adalah shaf pertama.
“ Jadi, jangan terburu
mengatakan egois, sombong
atau tidak sopan, bila dalam
hal-hal tertentu aku (selalu)
mendahuluimu. Maafkan!”
Soleh mengingatkan.

Minggu, 10 Juli 2011

IRKB Futsal League

Suatu wadah untuk penyaluran bakat sepak bola anak dibwah usia 11 tahun. IRKB Chid League akan dimulai pada tanggal 26 Juli 2011 di Stadion MinI San Marino, Semutan. Kick of dilakukan pukul 16.00 WIB. Kompetisi ini akan diikuti 4 team profesional dengan 1 manager dan 2 oficel yang menjadi pengelola team. 4 team tersebut adalah Kurowo, Pandowo, Punokawan dan Karmopolo.
Aturan permainan mirip dengan aturan futsal hanya saja setiap pemain tidak menggunakan sepatu futsal maupun sepatu olahraga lainnya. Permainan dipimpin seorang wasit dengan 1 asisten. Officel boleh memberikan motivasi kepada pemainnya asalkan tidak menyinggung, mengganggu, mempengaruhi maupun mengajak bicara pemain lawan.
Hasil
pertandingan perdana IRKB
Futsal 2011 Pendawa vs Kurawa berakhir 4-2 dimenangkan oleh Pendawa.
Goal P : wahyu, puput (2), novi. K : iwan (2).
Hasil pertandingan ke dua antara Punakawan vs Karmapala berakhir seri 4-4. Goal P : iful, woko (2), own goal. K : ari (2), galih (2).
Hasil pertandingan :
3. Pendawa 1 - 6 Punakawan
4. Kurawa 2 - 7 Karmapala
5. Pendawa 2 - 3 Karmapala
6. Punakawan 3 - 3 Kurawa
Klasemen akhir :
1. Karmapala 3 2 1 0 (14-8) 7
2. Punakawan 3 1 2 0 (13-8) 5
3. Pandawa 3 1 0 0 (7-11) 3
4. Kurawa 3 0 1 2 (7-14) 1