Sabtu, 12 September 2015

Bhakti Sosial “SEDEKAH SAMPAH, INSYA ALLOH BERKAH”



Assalamualaikum Wr,Wb.
Berdasarkan hasil rapat rutin bulanan IRKB pada tanggal 5 September 2015 dan dalam memperingati hari jadi Ikatan Remaja Karya Bhakti (IRKB) maka kami pengurus IRKB bermaksud mengadakan kegiatan Bhakti Sosial dengan nama “SEDEKAH SAMPAH, INSYA ALLOH BERKAH”.  Bhakti Sosial ini adalah mengumpulkan sampah rosok dari warga secara gratis (karena sifatnya sedekah)  yang kemudian dijual oleh pengurus dan hasil penjualan sampah rosok akan disalurkan ke warga yang membutuhkan.
Bagi warga Pundungrejo yang ingin berpartisipasi Bhakti Sosial ini dapat mengumpulkan sampah rosoknya sebelum tanggal 4 Oktober 2015.
Wassalamualaikum Wr, Wb.

Hormat kami
Ketua IRKB


Untung Dwi Saputro


Info lebih lanjut hub. 0857-2522-5691  ( SMS / WA / LINE )

Selasa, 08 September 2015

DIVINE TAX


Zakat is one of the five pillars of islam, its aim is to meet the social needs of the muslim society and to improve the economic position in islam.
The word zakat means purification, blessing and increasing. It is akind of protection of the wealth of those who are rich. When a muslim pays his zakat he is protecting his money from unexpected disaster, for the prophet said, “Protect your property by giving zakat and help your relatives to recover from their illness by giving charity.”
Zakat is an obligatory payment, like a tax, and the English translation is “poor dues.” It could called a divine tax, for it has been prescribed by god in the holy Quran and the sayings of the prophet. The Holy Quran says in many places, “keep up regular prayer and give Zakat,” and one of the sayings of the prophet Mu’adh was sent to Yemen  was, “You will come to folk whoare people of the book, so invite them to testify that there is no God gut God and the Muhammad is God’s Massenger. If they obey that, tell them that God has made it obligatory for them for sadaqa to be taken from the rich and handed over to the poor. If they obey that, do not take the best part of they property, and have regard to the claim of him who is wronged, for there is no veil between it and God.
There are many kinds of zakat : zakat al fitr which is an obligatory payment by a Muslim slave for freeman, male for female, young and old, and it should be made before the ‘Id prayer. It is usually given instead and it is preferable, in a country like Indonesia, for it to be done by giving money. Nowadays, one must pay Rp 1.500,00 for each member of the family,including the servant (if there is a servant) and one’s parents, if one is responsible for them. Ibn Abbas said that Gods messenger prescribed the zakat relating to the breaking of the fast as a purification from empty and obscene words and as food for the poor.
Other kinds of zakat al mal, meaning money zakat, either gold of silver, zakat at tijara, meaning trade zakat, zakat al an’am meaning cattle, involving camels, cows, or sheep, zakat al zuru wa al thamar, meaning cereals and fruits. These last two are of one kind. For zakat to be compulsory there must be two conditions ; first, that it must reach the nisab and secondly that it must have been owned by the prayer for one complete year.
Islam has prescribed zakat for all kinds of property for the benefit of needy people. It is not always in money but, in some cases, in cattle, cereals and fruits as in Africa and similar countries. But in more developed countries, trade and business are the most common ways of paying zakat and money is used for this purpose. The aim collecting zakat is to serve members of society and to meet their needs and help them to o evercome the difficulties they are facing. Some people are in difficulty because they haven’t the ability to work, some because they meet with disaster of some kind and some because they are old and need help. Zakat in islam is the source of security from any hardship for all members of society. Those who have the right to receive money from zakat are mentioned in the holy Quran.
In case there is nobody who is in need zakat, it will be collected and the head of the community will spend it for the benefit of the whole, using it for example, for the building of school, hospital, mosques, or other similar things.

Senin, 23 Februari 2015

Jaman Iseh SMP, "Bayar SPP"

Iki cerito jaman semono. Jamane aku iseh SMP. Wektu kuwi pas istirahat aku karo konco ku meh bayar SPP. Tekan ruang TU aku karo konco ku clingak-clinguk koyo wong ilang, goleki panggonan Karyawan TU seng bagian pembayaran SPP. Radi sue goleki, e malah eneng seng getak ko buri.
"Hayo, do arep ngopo ki?"
Jebule seng getak kuwi karyawan seng tak goleki.

"Ajeng bayar SPP, pak!" jawabku.

"Oooo, gowo rene kertune!"

"Artone pak?"

"Yo, sisan to yo..! Kalih opo ki?"

"Sampun pak, namung niku"

"Kalih opo?" takon meneh.

"Sampun pak, namung SPP mawon"

"Loro opooo?" takon meneh nganggo anyel sitik.

Karo prengas-prenges, aku jawab "Kalih F, pak"

Iki, Critaku Endi Critamu...?!

Jumat, 06 Februari 2015

Contoh Surat Lelayu Bahasa Jawa

Katur dumateng
Bp/Ibu/Sdr.
Ing

LELAYU
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJIUN

Sampun katimbalan marak sowan dhumateng Pangayunganipun Allah SWT, jalaran gerah sakwetawis wekdal, Almarhum :

Bp. Fulan Bin Adam
Dumugi yuswo 63 tahun

Rikolo dinten                    : Kamis Kliwon
Suryo                                 : 1 Januari 2015
Wanci tabuh                      : 00.00 WIB
Wonten ing                       : griyo dukhito dukuh Pundungrejo RT 01/02, desa Pundungrejo, Tawangsari, Sukoharjo
Jenasah badhe kasareaken wonten ing Astonoloyo Bumi Arum Semutan, Desa Pundungrejo. Bidal saking griyo dhukito dukuh Pundungrejo RT 01/02 Desa Pundungrejo, Tawangsari, Sukoharjo.
Dinten                               : Jumat Leg
Suryo                                 : 15 Januari 2015
Wanci tabuh                      : 12.00 WIB (Siang)
Mbok bilih rikala sugengipun Almarhum hanggadahi kalepatan dumatheng panjenengan sedaya, para keluarga nyuwun agunging samudra pangapunten. Semanten ugi mbok bilih Almarhum gadhah pepetangan ingkang dereng bundhat kaperengo panjenengan sesambetan kaliyan keluarga tinilar.

Ingkang nandhang dhukito :
1.      Ibu Fulan binti Fulanah (Garwa)
2.      Ibu Fulan binti Fulan bin Adam (Putra)
3.      Bp. Fulan bin Fulan bin Adam (Putra)
Sedoyo wargo ageng dukuh Pundungrejo RT 01/02 Desa Pundungrejo, Tawangsari.

Jumat, 23 Januari 2015

Pengaruh Teknologi Terhadap Pendidikan Islam


Dunia dewasa ini mengalami kemajuan yang tak terbendung di seluruh sektor kehidupan. Tak terkecuali bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang biasa kita kenal dengan istilah “iptek”.
Iptek merupakan singkatan dari dua materi yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena saling mendukung satu sama lain. Teknologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang berkembang secara mandiri, menciptakan dunia tersendiri. Akan tetapi teknologi tidak mungkin berkembang tanpa didasari ilmu pengetahuan yang kokoh. Maka ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi satu kesatuan tak terpisahkan.
Menurut Iskandar Alisyahbana (1980), teknologi telah dikenal manusia sejak jutaan tahun yang lalu karena dorongan untuk hidup yang lebih nyaman, lebih makmur dan lebih sejahtera. Jadi sejak awal peradaban sebenarnya telah ada teknologi, meskipun istilah “teknologi” belum digunakan. Istilah “teknologi” berasal dari “techne“ atau cara dan “logos” atau pengetahuan. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara.
Berbagai dampak negatif pun hadir seiring dengan pesatnya perkembangan iptek, diantara dampak negatif yang muncul, yaitu:
a.       Meningkatnya aksi terorisme yang memanfaatkan kemudahan akses komunikasi dan perakitan senjata atau bom.
b.      Penggunaan informasi dan situs tertentu, seperti kasus penyebaran pornografi yang semakin marak saat ini.
c.       Terjadinya pengangguran bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
d.      Sifat konsumtif sebagai akibat kompetisi yang ketat pada era globalisasi akan juga melahirkan generasi yang secara moral mengalami kemerosotan: konsumtif, boros dan memiliki jalan pintas yang bermental "instant".
e.       Penyalahgunaan pengetahuan.
f.       Menyebarkan Keburukan.
Contohnya, menyebarkan gambar atau video porno, menyebarkan kesyirikan, menzalimi orang lain, menybarkan fitnah, dll. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mengajak pada sesuatu kesesatan, maka dia akan menanggung dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
g.      Melakukan Perbuatan yang Sia-sia.
Contohnya, ngegame, mendengarkan musik melalui HP setiap waktu  atau hanya sekedar untuk gaya-gayaan.
Allah berfirman,
“Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al Kahfi ; 104)
Namun tak selamanya IPTEK itu berdampak negatif. Kita bisa mengambil manfaat yang besar dari kemajuan IPTEK. Dampak positif tersebut adalah:
a.       Mempermudah dalam beraktivitas.
b.      HP bisa digunakan untuk menyebarkan kebaikan.
Dengan memanfaatkan teknologi kita bisa menyebarkan kebaikan, bahkan kita juga bisa berdakwah. Caranya yaitu dengan menuliskan kandungan ayat Al Quran atau Hadits lalu kita sebarkan ke nomor yang kita miliki. Dengan syarat bahwa yang kita tulis memang ada dalam Al Quran dan Hadits. Dengan begitu kita, Insya Allah kita bukan termasuk kedalam orang-orang yang merugi sebagaimana disebutkan Allah pada firmannya,
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr : 1-3)
c.       Menyambung silaturahim.
 “Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari dam Muslim)
d.      Mencari ilmu dan informasi.
Dengan menfaatkan situs pencarian, setiaporang bisa mencari informasi-informasi yang bermanfaat.
e.       Mencari penghasilan. 
           Tak sedikit orang yang memanfaatkan internet sebagai alat untuk memasarkan barang dagagan ataupun jasa.

MAKALAH PENDIDIKAN ISLAM DALAM MASYARAKAT MAJEMUK


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk monodualisme, yaitu selain sebagai makhluk individu manusia juga sebagai makhluk sosial. Individu maksudnya adalah yang tak terbagi dari bahasa latin individiu. Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa. Manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Sehingga diperlukan pendidikan dan pembinaan terhadap setiap individu mengenai sosiologi sehingga dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Di era globalisasi ini yang semakin maju, masalah yang munculpun semakin kompleks, dari golangan sosial atas maupun golangan sosial yang rendah sekalipun. Berbagai problema selalu muncul seiring semakin banyak tuntutan hidup. Kebiasaan atau adat-istiadatpun semakin luntur tergerus oleh kemajuan zaman. Gotong royong yang sejak dulu ada, kini mulai punah. Tingkat kesadaran sosial untuk membantu sesamapun menurun. Padahal Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an
 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. An-Nisa : 36).
Rasul SAW bersabda “Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari perbuatannya.” (H.R. Muslim).
Dari ayat dan hadist diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa islam  memerintahkan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik (sosial) kepada dua orang tua  ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang dimiliki. Maka diperlukannya pendidikan yang membantu individu agar dalam didalam pergaulan di masyarakat yang majemuk bisa berjalan dengan aman tanpa ada rasa permusuhan ataupun prasangka yang bisa menyebabkan persilisihan pandangan yang dapat mengakibatkan permusuhan. Mengingat negara Indonesia merupakan negara yang majemuk. Walaupun agama mereka sama tapi bisa jadi suku, adat ataupun daerah asal mereka berbeda. Maka pendidikan Islam sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat di Indonesia.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah, diantaranya yaitu :
1.      Apakah pendidikan islam itu?
2.      Bagaimana kilas balik masyarakat majemuk di Indonesia?
3.      Bagaimana pendidikan Islam dalam menyikapi masyarakat majemuk?


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Abdur Rahman Nahlawi mengartikan pendidikan Islam sebagai pengaturan pribadi dan masyrakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu maupun kolektif. Sedangkan menurut Musthafa Al-Ghulayani, pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia didalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannyadan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah stau kemampuan (meresap dalam) jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cina bekerja untuk kemanfaatan tanah air. Hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan, pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
Dari uraian diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa para ahli didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan pendidikan Islam. Ada yang menitikberatkan pada segi pembentukan akhlak anak ada pula yang menuntut pendidikan teori dan praktek, ada yang menghendaki terwujudnya kepribadian muslim. Namun dari perbedaan pendapat itu bisa diambil kesimpulan adanya titik persamaan yang ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut, Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim.

B.       Masyarakat Majemuk di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk muslim terbanyak di dunia. Hampir 200 juta muslim berada di Negara yang kaya akan budaya ini. Itu artinya jumlah ini sama dengan 9 kali lipat jumlah penduduk negara Malaysia, atau sekitar 90 kali lipat jumlah penduduk Brunai Darussalam. Islam di Indonesia dengan jumlah muslim terbanyak ini sangat menarik untuk dibahas, terutama bentuk keislaman yang bisa dikatakan berbeda dengan bentuk keislaman di negara-negara lain.
Menarik untuk ditelisik bagaimana Indonesia bisa menjadi juara dalam jumlah muslim terbanyak di dunia, mengalahkan Arab Saudi sebagai asal agama Islam sendiri, mengingat posisi geografis wilayah ini berbeda jauh dari pusat-pusat Isma di Timur Tengah. Indonesia memang dikenal sebagai titik pusat rute perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara yang sudah berkembang bahkan  maju. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Persia, dan India), turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan timur benua Asia.
Lebih lanjut, proses Islamisasi yang terjadi di negara ini tidak memerlukan pedang atau tameng untuk dibawa para tabligh Islam pada masa itu, kondisi yang sama sekali tidak sama dalam hal proses islamisasi yang terjadi di wilayah-wilayah lain. Islamisasi yang dilakukan oleh juru dakwah dan para pedagang yang singgah di Indonesia menggunakan jalur damai. Selain itu, kondisi Timur Tengah saat itu juga berpengaruh dalam penyebaran Islam di Indonesia, dimana mereka yang menyebarkan Islam sebenarnya dalam kondisi yang terseok-seok lelah kalah di medan perang. Para ahli menggambarkan proses damai itu dengan dua cara, pertama masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama Islam kemudian menganutnya, kedua orang-orang asing seperti Arab, India, China dan lain-lain, yang telah memeluk agama Islam yang bertempat tinggal disuatu daerah di kepulauan Nusantara, dan melakukan perkawinan dengan penduduk setempat sehingga menghasilkan kelompok-kelompok Muslim.
Islam di Indonesia juga mempunyai corak khas, dimana Islam berkembang seiring dengan kepercayaan dan budaya yang telah ada pada masyarakat Indonesia. Penerimaan Islam di Indonesia dapat dikatakan melalui adhesi, yaitu konversi ke dalam Islam tanpa meniggalkan kepercayaan dan praktik keagamaan yang lama. Pada umumnya orang-orang Melayu-Indonesia menerima Islam karena mereka percaya bahwa Islam akan memuaskan kebutuhan materi dan alamiah mereka. Di kalangan mayoritas penduduk, Islam hanya memberikan satu bentuk tambahan kepercayaan dan praktik yang dapat berubah sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu. Adalah sebagian besar juru dakwah Islam di Nusantara seperti halnya Wali Songo di pulau Jawa, yang mengenalkan Islam kepada penduduk lokal justru dalam bentuk kompromi dengan kepercayaan lokal yang banyak diwarnai takhayul atau kepercayaan animistik lainnya, bukan dalam bentuk eksklusivitas profetik. (Aris Munandar, Agus, 2009)

C.       Pendidikan Islam Dalam Masyarakat Majemuk
Islam yang relevan bagi masyarakat majumuk Indonesia adalah Islam yang menganut pluralisme dan kultural, yang dibingkai dalam Islam moderat. Watak ini sejalan dengan maksud agama Islam yang menciptakan kehidupan yang damai lintas umat beragama, maupun budaya.
Pluralisme adalah bagian dari watak moderat, yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang majemuk. Indoneis dengan penduduk terbanyak ke empat dunia, terdiri dari berbagai latar belakang suku bangsa, agama, kebudayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Perbedaan latar belakang tersebut terkait dalam motto Bhineka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tapi tetap satu jua. Hal ini berdampak pada bentuk keislaman di Indonesia yang cenderung pluralis. Kata pluralis juga berasal dari bahasa inggris, yang berarti jamak atau banyak, sehingga dapat juga diartikan bahwa Islam pluralis menunjukkan paham  keberagaman yang didasarkan pada pandangan bahwa agama-agama lain yang ada di dunia ini sebagai yang mengandung kebenaran dan memberikan manfaat serta keselamatan bagi para penganutnya. (Abuddin Nata, 2001)
Paham pluralisme dengan begitu, sangat menghendaki terjadinya dialog antaragama, dan dengan dialog agama  memungkinkan antara satu agama terhadap agama lain untuk mencoba memahami cara baru yang mendalam mengenai bagaimana Tuhan mempunyai jalan penyelamatan. Pengakuan terhadap pluralisme agama dalam suatu komunitas umat beragama menjanjikan dikedepankanya prinsip inklusifitas yang bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap berbagai kemungkinan unik yang bisa memperkaya usaha manusia dalam mencari kesejahteraan spritual dan moral. (Syamsul Ma’arif, 2006)
Bahkan menurut Al-Quran sendiri, pluralitas adalah salah satu kenyataan objektif komunitas umat manusia, sejenis hukum Allah atau Sunnah Allah, dan bahwa hanya Allah yang tahu dan dapat menjelaskan, di hari akhir nanti, mengapa manusia berbeda satu dari yang lain, dan mengapa jalan manusia berbeda-beda dalam beragama. Dalam al-Qura’an disebutkan, yang artinya : “Untuk masing-masing dari kamu (umat manusia) telah kami tetapkan Hukum (Syari’ah) dan jalan hidup (minhaj). Jika Tuhan menghendaki, maka tentulah ia jadikan kamu sekalian umat yang tunggal (monolitk). Namun Ia jadikan kamu sekalian berkenaan dengan hal-hal yang telah dikarunia-Nya kepada kamu. Maka berlombalah kamu sekalian untuk berbagai kebajikan. Kepada Allah-lah tempat kalian semua kembali; maka Ia akan menjelaskan kepadamu sekalian tentang perkara yang pernah kamu perselisihkan. (QS Al Maidah: 48).
Allah berfirman di surat lain: 
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al Hujurat 49: 13)
Jika kita membaca dari ayat tersebut secara kritis dan penuh keterbukaan, maka kita akan menemukan suatu kesimpulan bahwa Allah SWT sendiri sebenarnya secara tegas telah menyatakan bahwa ada kemajemukan di muka bumi ini. Perbedaan  laki-laki dan perempuan, perbedaan suku bangsa adalah realitas pluralitas yang harus dipandang secara positif dan optimis. Perbedaan itu, harus diterima sebagai kenyataan dan berbuat sebaik mungkin atas dasar kenyataan itu. Bahkan kita diminta untuk menjadikan pluralitas tersebut sebagai instrumen untuk menggapai kemuliaan di sisi Allah SWT, dengan jalan mengadakan interaksi sosial antara individu, baik dalam konteks pribadi atau bangsa.
Demikianlah beberapa prinsip dasar Alquran yang berkaitan dengan masalah pluralisme dan toleransi. Paling tidak, dalam dataran konseptual, Alquran telah memberi resep atau arahan-arahan yang sangat diperlukan bagi manusia Muslim untuk memecahkan masalah kemanusiaan universal, yaitu realitas pluralitas keberagamaan manusia dan menuntut supaya bersikap toleransi terhadap kenyataan tersebut demi tercapainya perdamaian di muka bumi. Karena Islam menilai bahwa syarat untuk membuat keharmonisan adalah pengakuan terhadap komponen-komponen yang secara alamiah berbeda.
Paham pluralis ini, sangat relevan bagi masyarakat Indonesia yang majemuk, karena terdapat keanekaragaman, tidak hanya agama tapi juga budaya, adat istiadat dan bahasa dalam negara ini. Dengan digunakannya paham ini, diharapkan keadaan yang damai karena setiap orang mempunyai tepo slero, tenggang rasa satu sama lain walaupun terbatasi oleh perbedaan yang ada.
Dengan demikian, melalui watak yang moderat ini Islam di Indonesia dapat menjadi ummat wasathan, ummat yang dapat berlaku adil, bergerak dinamis dan sebagai penengah berkaitan dengan perrgolakan yang terjadi dalam kehidupan sosial beragama.
Allah berfirman: 
 “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia”. (QS Albaqarah: 143)
Ummatan wasathan adalah umat yang memiliki kebersamaan, kedinamisan dalam gerak, arah dan tujuannya, serta memiliki aturan-aturan kolektif yang berfungsi sebagai penengah atau pembenar. Dengan demikian keseimbangan, kebersamaan, kemodernan merupakan prinsip etis mendasar yang harus diterapkan dalam segala aktivitas. Pada dasarnya ummat Islam adalah merupakan umat yang ideal, karena ia merupakan umat yang disebut oleh Allah dengan ummatan wasathan. Umat 'pertengahan' itu berarti umat yang mengambil sikap tengah, tidak ke kanan atau ke kiri seperti yang banyak berkembang dalam alam pemikiran kontemporer.
 “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.( QS Ali Imron: 110)
Konsep ummatan wasathan secara tidak langsung merupakan sebuah konsep Islam yang memberikan jalan untuk memadukan antara agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. untuk menegakkan konsep seperti ini, kebersamaan adalah poin penting yang harus benar-benar diupayakan. Setelah dapat menjalankan sesuatu dengan kesepakatan, maka akan didapat sebuah pergerakan (ketetapan dan pelaksanaan) yang dinamis, dan akhirnya tujuan umat dapat tercapai dengan baik.


BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim. Jika direnungkan Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak umat untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shalih. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.
Ummatan wasathan adalah umat yang memiliki kebersamaan, kedinamisan dalam gerak, arah dan tujuannya, serta memiliki aturan-aturan kolektif yang berfungsi sebagai penengah atau pembenar. Konsep ummatan wasathan secara tidak langsung merupakan sebuah konsep Islam yang memberikan jalan untuk memadukan antara agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. untuk menegakkan konsep seperti ini, kebersamaan adalah poin penting yang harus benar-benar diupayakan.
Dengan demikian, Islam yang berwatak moderatlah yang paling relevan dalam masyarakat majemuk di Indonesia. Islam di Indonesia  telah mempunyai corak kedaerahannya sendiri-sendiri, karena memang dalam awal sejarahnya Islam berkembang melalui jalur damai tanpa adanya pemaksaan dengan memanfaatkan fenomena budaya yang telah ada. Watak ini kemudian, diharapkan bisa mencapai arti ummah wasathan, umat yang mampu berlaku adil, bergerak dinamis dan sebagai penengah berkaitan dengan pergolakan yang terjadi dalam kehidupan sosial beragama. Sehingga, Islam dari Indonesialah yang  dapat menjadi aktor utama dalam mengimplementasikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.


DAFTAR PUTAKA

Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI),Pustaka Setia, Bandung, 2005.
Zuhairini, Dra. Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta 2009.
Aris Munandar, Agus, dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia, Religi dan Falsafah, Rajawali Pers, Jakarta, 2009
Ma’arif, Syamsul, Islam dan Pendidikan Pluralisme, 2006.
Nata, Abuddin, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2001.
Sumber lain dari internet :
http://islamlib.com/id/artikel/islam-pluralisme-dan-kemerdekaan-beragama/
http://fikrifahrul.blogspot.com/2012/03/relevansi-islam-dalam-masyarakat.html