Rabu, 13 April 2011

Jiwa

Seorang pejuang yang paling
diburu tentara elit istana
akhirnya tertangkap hidup. Ia
tertangkap setelah beberapa
panah menembus kaki kiri dan
kanannya. Namun begitu,
tangan kakinya tetap dirantai
dengan gembok baja.
Sepanjang perjalanan dalam
gerobak kayu yang
membawanya menuju istana,
sang pejuang tidak
menampakkan sedikit pun takut
dan penyesalan. Kerumunan
rakyat yang secara kebetulan
berpapasan dengan iring-
iringan tentara dan tawanan
sang pejuang menatapinya
dengan berbagai rasa. Terbersit
di telinga sang pejuang suara
rakyat yang berbisik ke sesama
mereka, “Kasihan, ya!”
Mendapati tawanan sang
pejuang sudah tiba di istana,
raja begitu gembira. Ia berjanji
akan memberi hadiah kepada
pasukan elitnya. Saat itu juga,
berita gembira itu pun
disampaikan sang raja ke
seluruh menterinya. “Besok, ia
akan dihukum pancung karena
berani menentangku !” teriak
sang raja bersemangat.
Salah seorang menteri yang
masih kerabat dengan sang
pejuang yang ditawan, meminta
izin untuk bertemu untuk
terakhir kalinya. Ia begitu
prihatin melihat keadaan
kerabatnya yang begitu
mengenaskan. Sambil
berbungkuk, sang menteri
berbisik, “Saudaraku, kenapa
kau tidak berpura-pura
mengakui kekuasaan sang raja.
Kalau kamu tetap keras seperti
ini, esok kamu akan dihukum
mati !”
Sang pejuang yang terkulai
lemas pun tiba-tiba menatap
tajam kerabatnya. “Saudaraku,
semua yang hidup di dunia ini
pasti akan mati. Tapi
perhatikanlah, tidak semua
yang akan mati itu, benar-
benar hidup !” ucap sang
pejuang sambil tetap menatap
tajam kerabatnya.
**
Hidup adalah arena
pertarungan antara yang hak
dan batil. Pertarungan antara
idealisme sebuah kebenaran
dengan tuntutan syahwat
kemanusiaan. Di situlah, Allah
menguji orang-orang beriman
dan para aktivis kebenaran:
apakah fitrah, nurani, dan jiwa
mereka bisa tetap bertahan
hidup dalam ruh yang mulia?
Apa yang ingin disampaikan
sang pejuang ketika akan
berhadapan dengan kematian
adalah, ”Saudaraku, hidup
bukanlah sekadar bersatunya
nyawa dan jasad. Hidup adalah
ketika nurani kita bisa tetap
konsisten untuk memilih mana
yang hak dan mana yang batil,
mana kemuliaan dan mana
kehinaan?”

Tidak ada komentar: