Selasa, 06 Mei 2014

Pemuda Kenalilah Tempatmu?


“Sesungguhnya kami adalah ibrah (pelajaran) bagi kalian wahai segenap para pemuda. Beramallah karena amal itu ada di masa muda.” (Sari As-Saqathi)

Diusia muda inilah puncak perjuangan. Ibarat gunung usia muda adalah berada dipuncaknya. Dimasa ini tenaga berada pada tingkatan penuh. Diusia ini juga ide-ide cemerlang akan muncul. Jika hal tersebut tidak dibungkus dengan keimanan dan diberi label takwa bisa jadi usia emas ini akan terbuang sia-sia.
Sejarah telah mencatat bahwa peran pemuda sangatlah vital.  Dengan pemuda Indonesia berhasil meraih kemerdekaan. Melalui perjuangan dari Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Sutan Syahrir, Bung Tomo dan pemuda-pemuda yang lain, Indonesia berhasil membacakan teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945. Jauh sebelum itu, ketika Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul mampu mendamaikan kelompok yang bertikai dalam menentukan siapa yang berhak meletakkan batu hajar aswad di tempat semula. Kala itu usia Beliau masih muda.
Lalu dimanakah pemuda-pemuda  sekarang?
Apakah mereka berada di masjid-masjid, yang siap mengumandangkan adzan saat waktu shalat tiba?
Apakah mereka berada di majelis-majelis ilmu, yang mencari ilmu agama dengan niat hanya kepada Allah?
Atau mereka berada ditengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan kebenaran dan perubahan?
Memang ada dari pemuda yang melakukan hal tersebut tapi kebanyakan dari mereka lebih senang berada di warnet, mengahabiskan waktu sekedar untuk berselancar di dunia maya, main game hingga larut kemudian disiang harinya mereka malah tidur. Sering bolos sekolah, suka tawuran, ikut demo walau mereka tidak tahu apa tujuan dari demo tersebut. Mereka memilih pacaran dari pada harus menikah.
Seorang pemuda sangatlah rentan dalam menentukan jati diri apalagi mereka yang berada diawal remaja. Begitu mudahnya seorang pemuda mengikuti arus kehidupan. Seperti seorang penumpang yang pasrah kepada seorang sopir. Entah sopir itu menyetirnya dengan ugal-ugalan atau dengan aturan. Mereka tidak menghiraukan itu. Yang dia pikir adalah sampai di tempat tujuan. Mereka serahkan keselamatannya kepada seorang sopir. Kalo si sopir menyetir dengan ugal-ugalan kemungkinan bahayanya sangatlah besar, berbeda dengan sopir yang menyetir dengan aturan, keselamatan penumpangnya menjadi prioritas utama.
Seorang pemuda bukanlah yang berkata “Inilah ayahku” tapi seorang pemuda adalah yang berkata “Inilah Aku”. Memang kita dibesaarkan oleh mereka. Kita boleh membanggakan orang tua kita. Namun jangan sampai kita nebeng kesuksesan mereka dong..!! Walaupun mereka orang tua kita, kita tak sepatutnya lalu sombong dengan kesuksesan mereka. Yang sukseskan mereka bukan kita? Percayalah, orang tua mana yang tak akan bangga jika fasilitas yang diberikan kepada anaknya digunakan untuk hal-hal positif. Kamu bebas menentukan hidupmu. Silahkan berkarya dan ekspresikan pikiranmu tapi ingat satu hal, jangan melampaui jalur-jalur syariat.
Oleh karena itu carilah idola yang bisa menuntunmu di jalan lurus dengan cara yang benar. Figur yang bisa menjadikannya lebih bersemangat, yang bisa menjadikannya pantang menyerah dan terus mendukungnya disaat dalam kepurukan. Bukannya seorang idola yang membawa dalam khayalan tingkat tinggi. Yang terus membawamu kedalam dunia mengandai-andai. Bukan pula sosok idola yanag menuntutmu untuk tampil seperti mereka. Tampil perfect dimata manusia. Tapi nol dalam penilaian Allah ta’ala. Lebih baik mana? Penilaian manusia yang maklhuk pelupa atau Allah swt sang Maha Mengetahui. Sungguh hanya iman dan takwalah yang membedakan kita dalam penilaian-Nya.
Kita bukan di surga? Yang selalu bersenang-senang. Bukan pula di neraka? Yang selalu meratapi segala siksa. Kita berada di dunia yang fana, yang bersifat sementara, orang jawa mengatakan “mampir ngombe” (numpang minum). Betapa cepatnya jika dibandingkan kehidupan di akhirat. Mungkin kita bisa bahagia di dunia tapi belum tentu di akhirat kita bisa sebahagia di dunia. Kita bisa saja susah di dunia, tapi diakhirat kita akan bahagia selama-lamanya. Apakah kita rela menaruhkan kehidupan yang sementara ini dengan siksaan yang tiada henti di akhirat kelak? Jawaban ada padamu wahai sahabat muslim. Keputusan juga ada ditanganmu. Belajarlah dewasa. Syariat Islam sudah berlaku untukmu.

Tidak ada komentar: