“Apabila Allah
menganjurkan sesuatu kepada para hamba-Nya, iblis pasti merintanginya dengan
dua perkara. Ia tidak peduli akan berhasil dengan tipu daya yang mana, berlebih-lebihan
atau menyempelekan.” (Makhlad bin Husain)
Tibalah kita dalam pembahasan menyingkirkan penghalang jalan yang akan
kita lalui. Sangat banyak penghalang-penghalang yang mepersulit dalam
perjalanan kita. Terkadang ditengah jalan, tak sengaja kita menginjak duri,
tersanduG batu kecil, ban sepeda motor bocor, mogok ditengah jalan dan masih banyak
yang lain. Kalau kita tidak mengetahui ilmunya, kita akan kesulitan mengatasinya.
Begitu juga dengan jalan yang telah kita pilih. Kalau kita tidak tahu
ilmunya kita juda akan kesulitan menghadapi rintangan dan cobaan yang menjadi
penghalang jalan kita. Untuk itu mari kita kenali penghalang apa yang akan kita
jumpai dalam perjalanan yang lurus ini.
1.
Hawa Nafsu
Ibnu Abbas ra. berpendapat, Allah ta’ala tidak menyebutkan hawa nafsu
didalam al-Qur’an kecuali Dia mencelanya, “Dan ia mengikuti hawa nafsunya,
maka perumpamaannnya seperti perumpamaan seekor anjing.” Dan firmanya yang
lain, “Dan ia mengikuti akan hawa nafsunya
Tak ada ukuran, takaran dan batasan keinginan sebuah nafsu. Jika
sesorang menuruti setiap keinginan nafsunya maka ia telah masuk dalam jurang
kehancuran. Jika keinginan yang satu telah terpenuhi maka nafsu akan meminta
keinginannya yang lain. Sehingga tidak ada lagi bentuk keinginan kecuali nafsu
yang memintanya. Sesungguhnya nafsu selalu menyuruh kepada kemaksiatan.
Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya, menyebutkan ada tiga nafsu
menurut al Qur’an, yaitu:
a.
Nafsu Amarah Bissu’ (selalu menyuruh kepada kemaksiatan)
“Dan
aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu
selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. Yusuf: 53)
Pengertiannya
bahwa nafsu manusia yang belum dibentengi dengan iman dan belum dibingkai
dengan nilai-nilai ketakwaan serta belum terikat dengan agama Tuhan, maka jiwa
manusia berpotensi untuk melakukan perbuatan buruk yang didorong oleh syahwat
dan nafsu.
b.
Nafsu Lawwamah (selalu menggerutu dan menyesal)
“Aku bersumpah demi hari kiamat, Dan aku
bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri).” (QS.Al-Qiyammah:
1-2)
Al-Mujahid
mendifinisikan nafsu lawwamah adalah nafsu yang selalu mencela
dirinya sendiri terhadap tindakan yang telah berlalu, juga selalu menyesal
atas kejahatan yang dilakukan, menyesal kenapa tidak memperbanyak melakukan
kebaikan, dia selalu mencela sekalipun dia telah melakukan ketaatan.
c.
Nafsu Al-Muthamainnah (selalu tenang)
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah
hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al-Fajr: 27-30)
Nafsu
al-muthamainnah adalah nafsu yang stabil dan senantiasa tetap dalam iman, takwa
dan islam. Nafsu ini adalah tingkatan dan martabat nafsu yang paling utama,
mulia dan kesucinnya paling tinggi.
Sahabat
muslim, marilah kita kendalikan hawa nafsu kita. Jangan sampai kita disetir
oleh hawa nafsu. Sesungguhnya hawa nafsu akan membawa kedalam jurang keburukan.
Jika iblis tidak mampu menggoda dengan nafsu kemaksiatan maka ia akan menggoda
kita dengan nafsu berlebih-lebihan dalam beribadah. Sehingga kita melupakan
kewajiban kita sebagai seorang ayah yang bertanggung jawab mencari nafkah untuk
keluarga. Sehingga kita lupa sebagai seorang ibu yang bertanggung jawab merawat
dan mendidik anak-anaknya. Sehingga kita lupa sebagai seorang pemuda bahwa
disekitar kita masih banyak kemaksiatan dan kekufuran yang harus kita perangi.
Tapi kita malah asyik dengaan ibadah-ibadah yang melampaui batas, yang tidak
ada tuntunannya dalam al Qur’an dan sunnah.
Itulah
iblis, banyak ranjau yang ia tanam di sepanjang jalan. Yang tanpa kita sadari
akan meledakkan dan meruntuhkan amal-amal kita. Jika kita tidak mampu rontoklah
kekuatan iman dan takwa kita.
Berikut
cara agar kita tidak terjerumus dalam nafsu yang buruk:
a. Tingkatakan
keimanan kita.
Cara
yang pertama adalah tingkatakan keyakinan kita kepada Allah ta’ala. Kita
percaya dan yakin bahwa segala sesuatu dikendalikan oleh-Nya. Begitu juga
dengan hasil yang akan kita dapatkan setelah berlelah-lelah berjuang. Allah swt
mengetahui apa-apa yang dilakukan setiap hamba-Nya. Begitu juga dengan masalah
hati. Meski kita tidak mengucap, tapi allah swt mengetahui apa yang ada dalam
hati kita. Yakinlah bahwa Allah swt akan menilai amal kita sesuai dengan niat
dan cara yang seusai dengan syariat. Yakinkan dalam hati anda, bahwa Allah swt
akan membalas setiap amalan hati dan perbuatan yang kita kerjakan yang baik
maupun yang buruk. Malaikat tak akan pernah lalai dan lupa untuk mencatat
segala perbuatan kita. Mereka akan bergantian siang malam mengawasi kita.
Dengan
meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt, kita bisa terhindar dari jebakan
hawa nafsu yang dirancang oleh iblis dan bala tentaranya. Dengan iman yang kuat
kita merasa selalu dalam pengawasannya. Dengan begitu kita akan bersungguh-sungguh
dalam beribadah, berdakwah dan mencari nafkah. Dengan begitu
tidak mungkin seorang mukmin untuk menuruti hawa nafsunya. Berlama-lama dalam
perbuatan sia-sia. Mengerjakan amalan yang tak ada sumbernya. Berkata yang tak
bermakna.
b.
Menyibukkan dengan perbuatan yang bermanfaat.
"Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang ialah
meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."
(Tirmidzi no. 2318, Ibnu Majah no. 3976)
Dalam
sebuah makalah, peneliti menunjukan bahwa orang yang sibuk lebih bahagia
daripada orang yang menganggur. Akan tetapi kebanyakan orang
memilih untuk menganggur. Padahal dengan menganggur, orang mudah sekali
dimasuki pikiran-pikiran yang kotor. Mereka mudah terkena hasutan iblis. Pada
saat itulah nafsu yang menjadi pegendalinya. Bila suatu hari sahabat
muslim menganggur, maka bersiaplah galau, resah, cemas dan sedih. Karena pada
saat kosong, pikiran anda akan menerawang tak tentu arah. Pikiran anda akan
dipenuhi dengan imajinasi, berprasangka terhadap orang lain dan sebagainya.
Yang akan membuat akal tak lagi bisa terkontrol.
Nafsu
jika tidak disibukkan dengan perbuatan baik maka nafsu akan menyibukkan dengan
perbuatan buruk. Karena nafsu cenderung mengajak kita kedalam keburukan. Maka
dari itu, sibukkanlah diri anda dengan amalan-amalan yang bermanfaat. Lakukan
amalan yang bermanfaat bagi orang lain maupun bagi diri anda. Paling tidak,
lakukan amalan yang tidak merugikan orang lain dan diri anda. Dari hadits
diatas sangat jelas mengenai anjuran untuk meninggalkan sesuatu yaang tidak
berguna. Banyak sekali jenis amalan yang bermanfaat, semisal:
ü Menghadiri
maajelis ta’lim
ü Mengaji
ü Membaca al-Qur’an
ü Membaca buku
ü Ikut dalam
oraganisasi
ü Berpartisipasi
dalam kegiatan sosial
ü Membersihkan
rumah, dll
Jangan biarkan waktu kosong anda dengan menganggur, karena sama saja
anda memberi kesempatan kepada hawa nafsu untuk menguasai anda. Bunuhlah waktu
kosong anda dengan kesibukan yang bermanfaat. Dengan menyibukan diri, secara
tidak sadar kita telah membunuh hawa nafsu. Dengan begitu anda akan bahagia
sepanjang hidup anda. Aamiin..
c.
Ikutilah kata hati bukan nafsu.
Dari Nawwas bin Sam’an
dari Rasulullah saw,
“... Beliau bersabda : ‘Mintalah
fatwa dari hatimu. Kebajikan itu adalah apa-apa yang menentramkan jiwa dan
menenangkan hati dan dosa itu adalah apa-apa yang meragukan jiwa dan meresahkan
hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka
membenarkannya”. (HR. Imam Ahmad bin Hanbal dan Ad-Darimi,
Hadits hasan).
Dalam
kitab Syarah Hadits Arba’in An Nawawi, Syaikh Muhaammad Bin Shalih Al-Ustaimin
menjelaskan inti sari hadits tersebut adalah boleh merujuk pada hati, dengan
syarat orang tersebut haruslah istiqomah dalam beragama. Siapa pun tidak perlu
terepangaruh oleh penjelasan orang
lain, terlebih jika dalam hatinya merasa bimbang. Karena tidak sedikit orang
bertanya kepada seorang alim atau pelajar, kemudian ia diberi penjelasan, namun
dalam hatinya merasa bimbang dan ragu. Apakah orang yang merasa ragu dan
bimbang ini boleh bertanya kepada orang alim lainnya? Ya, bahkan wajib untuk
bertanya pada orang alim lain ketika meragukan jawaban sebelumnya.
Sabda Rasulullah saw, “dosa
adalah apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain
mengetahuinya”
Maksudnya adalah
perbuatan yang ditolak oleh hati nurani. Ini merupakan suatu pedoman untuk
membedakan antara dosa dan kebaikan. Dosa menimbulkan keraguan dalam hati dan
tidak senang jika orang lain mengetahuinya.
Sahabat muslim, jika diibaratkan nafsu seperti anak kecil.
Jika ia dibiarkan menetek maka sampai tua ia akan tetap menetek. Tapi jika ia
disapih ia pun akan berhenti. Begitu juga dengan nafsu. Jika terus dituruti maka
ia akan terus meminta, tapi jika kita melawan dan tidak menurutinya maka ia
akan berhenti.
d.
Bertemanlah dengan orang baik
“Permisalan teman duduk yang shalih dan buruk
adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Adapun penjual
mintak wangi, bisa jadi ia akan memberimu minyak wangi atau kamu akan membeli
darinya atau kamu mendapat bau harum darinya. Adapun tukang pandai besi, bisa
jadi ia akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapat bau yang tidak
sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang teman yang baik,
tak akan menjerumuskan temannya ke jurang kemaksiatan. Maka banyak-banyaklah
berteman dengan orang baik, karena berteman dengan mereka akan memberikan kita
kebaikan juga. Mereka akan mempengaruhi kita untuk melakukan kebaikan. Jika
seseorang berteman dengan ahli ibadah, maka ia akan terpengaruh untuk melakukan
ibadah. Jika seseorang berteman dengan orang shalih, maka ia akan
terpengaruh dengan perbuatan yang dilakukan orang shalih tersebut.
Begitu juga sebaliknya,
jika sesorang berteman dengan orang yang berbuat kemaksiatan, maka ia akan
terpengaruh dengan mereka. Sehingga ia termasuk kedalam golongan orang-orang
yang merugi.
“Jangan kamu berteman kecuali dengan orang
mukmin, dan jangan memakan-makananmu kecuali orang yang takwa.” (HR. At-Turmudzi)
Sahabat muslim,
Rasulullah saw telah memberikan petunjuk kepada kita dalam memilih teman. Teman
baik akan selalu memberikan nasehat saat kita melakukan tindakan yang ceroboh.
Teman yang baik akan mendengarkan curahan hati kita. Teman yang baik akan
menjaga rahasia kita. Teman yang baik akan berusaha semampunya membantu
kesusahan kita. Teman yang baik akan memberikan solusi setiap masalah
yang kita hadapi. Teman yang baik akan memberikan semangat disaat kita dalam
kepurukan. Temaan yang baik akan mengingatkan kita dalam ketaatan kepada Allah
ta’ala.
Rasulullah bersabda, “Seseorang itu tergantung
agama temannya. Maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat temannya.” (HR.
Ahmad dan At-Tirmidzi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar