“Masa
muda adalah masa-masa yang paling indah.” (Koes Plus)
Jika diibaratkan matahari, masa muda adalah
saat matahari berada diatas, disaat bersinar
terang dengan sinarnya yang panas. Hal ini mengibaratkan bahwa masa muda
adalah masa yang bergairah dan paling semangat dibandingkan dengan masa-masa
sesudah maupun sebelumnya.
Di
masa ini juga pertumbuhan fisik dan jiwa sangatlah terasa. Dimulai saat-saat
meninggalkan masa anak-anak pertumbuhan itu akan jelas terlihat. Perubahan
bentuk badan, perubahan suara, psikologis, dan perubahan yang lain. Di fase
inilah seorang pemuda harus mampu menempatkan posisinya sebagai pemuda bukan
lagi seorang anak kecil. Apa lagi jika sudah baligh. Seorang pemuda harus tahu
bahwa mulai saat itu bukanlah seorang anak kecil lagi. Masa ini bisa disebut
dengan masa remaja.
Menurut
psikologis, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak- anak
hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Sedangkan menurut Zakia Darajat (1990:23) remaja
adalah Masa perlihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. [1]
Sedangkan
dalam Islam istilah remaja sering disebut dengan baligh. Orang bisa dikatan
baligh jika seseorang telah mengalami mimpi basah bagi laki-laki dan wanita
mengalami menstruasi. Seseorang yang
sudah memasuki fase ini maka orang tersebut sudah dikenai syariat-syariat
Islam. Dengan kata lain, segala amal perbuatan akan dipertanggungjawabkan
sendiri kepada Allah ta’ala. Dari pengertiaan tersebut remaja bisa juga
disebut dengan orang dewasa karena perlakuan tentang syariat-syariat dalam
Islam sudah berlaku kepada mereka. Yang membedakan adalah tingkat kematangan
dalam berfikir, bersikap, bersosialisasi, dan kedewasaannya.
Dari
pengertian yang telah ada, penulis menyimpulkan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak menuju kedewasaan. Pada masa ini, remaja akan
mengalami perubahan fisik, sikap, berfikir
dan aspek-aspek yang lain. Jika dilihat dari usia, masa remaja akan
dialami setiap orang diusia belasan tahun. Tapi, usia bukanlah menjadi patokan
seseorang sudah memasuki masa remaja.
Karena tidak sedikit yang lebih awal memasuki masa remaja dan tidak sedikit
pula yang lambat dalam memasukinya. Karena itu pengertian remaja ini sulit utuk
didefinisikan seacara mutlak. Masa remaja adalah masa awal seseorang memasuk
masa muda. Seperti yang tertulis dalam wikipedia, masa muda merujuk pada
seseorang antara usia 17 saampai 25 tahun, dibawah itu adalah remaja sedangkan
usia 26 sampai 39 itu adalah usia dewasa di mana orang tengah pada titik
puncaknya dan untuk diatas itu adalah usia pertengahan.[2]
Saya
sepakat mungkin sahabat muslim juga sepakat bahwa masa muda adalah sebuah
kenikmatan yang harus kita syukuri. Mengapa demikian? Karena dimasa ini Allah
ta’ala telah memberikan kita kekuatan yang sempurna dalam raga kita. Itu
merupakan kenikmatan yang besar. Kekuatan berjalan, berlari dengan kencang,
mengangkat benda berat, mendaki gunung, bermain bola, dan aktivitas yang lain.
Bukankah itu semata-mata berkat kenikmatan Allah yang diberikan kepada kita?
Mungkin di masa setelah itu kita tidak mampu lagi untuk melakukan aktivitas itu
semua.
Sebagai
seorang muslim alangkah baiknya kita mensyukuri kenikmatan yang telah diberi di
usia muda. Kekuatan yang kita miliki mari kita gunakan sebaik mungkin.
Belajarlah selagi mata ini bisa melihat dengan jelas. Pergilah ke masjid ketika
adzan berkumandang selagi kaki ini masih mampu berjalan. Dengarkanlah tausyah,
ayat-ayat al Quran selagi pendengaran kita masih sempurna. Berpuasalah selagi
fisik ini mampu. Bersedakahlah selagi tangan ini masih mampu memberi.
Nabi
Muhammad SAW bersabda,
”Tidak
tergelincir dua kaki seseorang hamba pada hari kiamat sampai Allah menanyakan
empat hal: umurnya, untuk apa selama hidupnya dihabiskan; masa mudanya,
bagaimana dia menggunakannya; hartanya, darimana dia mendapatkan dan untuk apa
saja dihbiskan; dan ilmunya, apakah dia amalkan atau tidak.” (HR. Tirmidzi).
Dari
hadits tersebut, masa muda disebutkan secara terpisah. Masa muda bisa saja
dimasukan dalam umur, tetapi Nabi Muhammad SAW memisahkannya. Ini menegaskan
bahwa, masa muda adalah masa yang sangat penting. Karena ditangan pemudalah
perubahan itu bisa terjadi. Bersamaan itu juga godaan seorang pemuda juga
sangatlah besar. Apa lagi saat seorang pemuda dalam pertumbuhan mental dan
fisik. Mengingat psikologis yang masih labil dan pikiran yang masih mudah
terpengaruh mereka akan mengalami banyak gejolak dalam pikiran dan jiwa yang
bisa menyebabkan mereka tertekan dan mengalami kebimbangan. Kondisi ini sangat
rentan bagi seorang pemuda, karena dalam kondisi ini pemuda bisa terjerumus dalam
jurang keburukan.
Kenalilah
dirimu wahai pemuda? Tidak ada yang lebih tahu tantang dirimu di dunia ini
kecuali dirimu sendiri, bahkan orang tuamu sendiri. Bercerminlah pada hatimu.
Ikutilah apa kata hatimu. Karena sesungguhnya hati itu tidak akan pernah
bohong. Jika kamu melakukan kebaikan maka hatimu akan tenang, namun jika kamu
melakukan keburukan maka hati akan merasa was-was.
Jadilah
dirimu sendiri, wahai pemuda? Jangan kamu ikuti idola-idolamu. Kalau kamu
mengikuti idolamu, lalu siapa yang menjadi dirimu? Allah telah mempercayakan
amanah-Nya ke padamu untuk menjadi manusia. Tunjukan bahwa kamu memang layak
memegang amanah yang diberikan Allah. Engkaulah sang pemenang dari ratusan
sperma yang merebutkan ovum. Engakaulah sang bayi yang dulu belum bisa membaca,
belum tahu apa-apa, yang tidak bisa memegang sesuatu pun walau hanya selembar
kertas, sang bayi yang belum bisa berjalan. Namun kini engakau mengetahui
nama-nama yang ada disekitarmu. Mampu berjalan walau harus terjatu-jatuh, namun
dengan semangat kamu bisa berjalan hingga
kamu bisa berlari sekencang-kencangnya. Lalu dimanakah semangat itu?
Masihkah tertanam semangatmu waktu belajar berjalan walau harus sering
terjatuh? Masihkah ada senyumanmu ketika orang disekitarmu menertawaimu saat
kamu mencoba berbicara? Adakah tangisan lantang ketika bayimu, saat merasakan
kondisi yang tidak sesuai hatimu? Dimanakah itu semua wahai sahabat muslim?
Masihkah ada dalam jiwamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar